Apa yang membuat masjid Jogokariyan, Yogyakarta terkenal di Indonesia? Salah satunya adalah sisa saldo infaq harus Rp0 setiap akhir bulan.
Masjid Yogokariyan berbeda dengan masjid lainnya di Yogjakarta, bahkan mungkin jarang ditemukan di Indonesia. Masjid yang terletak di Jalan Jogokariyan No.36 Yogyakarta itu dikenal luas dengan sistem infaq saldo Rp0.
Pendapatan infaq harian dibagi habis untuk berbagai kegiatan. Menggerakkan ekonomi sekitar dan mendata jamaah masjid yang dijadikan basis dakwah.
Masjid ini dulunya sebuah mushola kecil di tengah kampung. Kemudian, direnovasi menjadi masjid tahun 1966, hingga kemudian bersyarat ditempati melaksanakan shalat jumat berjamaah pada 1967.
Keberadaan masjid ini sangat berperan terhadap perubahan sosial masyarakat di sekitarnya. Tahun 1999 baru 40 orang yang disantuni beras. Namun, kini sudah hampir 400 orang. Dulu dua pekan sekali diadakan santunan beras. Seiring dengan perkembangan kepedulian pengurus masjid terhadap kaum duafa, maka LAZ Indonesia melirik masjid ini dan memberikan support berupa ATM beras.
Kini masyarakat yang dianggap tidak mampu, mempunyai kartu beras. Dengan kartu tersebut masyarakat bisa datang kapan saja ke ATM beras yang ada di kompleks masjid itu untuk mengambil beras dengan syarat membawa kartu beras. Jika ada masyarakat sekitar butuh modal untuk usaha dan yang terlilit hutang, dibantu oleh kakmir masjid melalui Baitul Mal Masjid Jogokariyan.
Denyut nadi bisnis dan penghasilan masyarakat di sekitar masjid semakin hari semakin bertambah makmur. Ada empat RW di sekitar masjid dan para Ketua RW dijadikan Ketua Biro Penghubung program masjid dengan kebutuhan masyarakat.
Sudah banyak rumah masyarakat yang dibedah atau direnovasi oleh takmir masjid. Dana masjid diperoleh dari para donatur dan infak dari jamaah. Yang agak unik adalah di kompleks masjid tersedia beberapa kotak amal/infak dengan tulisan setiap kotak berbeda. Ada tulisan kotak infak Sego Subuh, kotak infak parkir, kotak infak jumat, dan lain-lain. Setiap shalat jumat terkumpul infak kurang lebih Rp16 juta.
Kepedulian lain kepada masyarakat adalah adanya klinik kesehatan di kompleks masjid. Klinik dibuka tiga hari dalam sepekan. Masyarakat yang tergolong tidak mampu diberi kartu sehat oleh biro klinik masjid ini. Dengan membawa kartu sehat ketika diperiksa atau berobat, tidak usah mengeluarkan biaya sepeserpun alias gratis.
Inilah masjid dengan manajemen yang benar-benar luar biasa. Pengelolaan infaq melalui kotak amal tidak melulu diumumkan dengan sisa saldo kas setiap jumat berjumlah puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Fungsi masjid dikembalikan untuk membantu warga sekitar dari belitan masalah kehidupan, sehingga tidak etis mengumumkan kas infaq masjid jutaan rupiah, padahal ada warga yang untuk makan saja susah. Pengurus masjid Jogokariyan tidak ingin melukai hati warga. Bagaimana masjid di sekitar Anda? (*/red)
(Dihimpun dari berbagi sumber)
Editor: Sulaeman Rahman