Tegar Bukan Hanya Nama, Tapi Pesan

Tegar Bukan Hanya Nama, Tapi Pesan

Penulis: Muhammad Akzal Ramadhan (Mahasiswa Magister Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Bandung) ¹

DALAM derasnya arus kritik terhadap generasi muda yang disebut manja, terlalu sensitif, dan kurang tahan banting Film Tegar hadir sebagai tamparan halus namun dalam. Film ini bukan sekadar cerita tentang seorang anak dengan keterbatasan, ia adalah refleksi jujur bahwa masalah terbesar anak-anak bukan terletak pada kelemahannya, tetapi pada dunia yang terlalu sering menutup telinga dan menatap mereka dengan prasangka.

Film yang dibesut sutradara Anggi Frisca ini, mengisahkan Tegar dengan segala keterbatasannya, berdiri sebagai simbol keberanian yang tak banyak disadari. Ia tidak diberi kemudahan, tidak pula diberi panggung. Namun, ia tetap melangkah perlahan, terkadang goyah, tetapi tidak pernah berhenti. Dan, dari sini kita belajar sesuatu yang lebih besar daripada sekadar kisah drama keluarga, bahwa ketekunan tidak membutuhkan kesempurnaan, melainkan keyakinan.
Untuk anak-anak sekolah hari ini, kalian tidak lemah, kalian sedang bertumbuh.

Film ini membuka mata bahwa generasi muda masa kini bukan generasi rapuh, mereka justru generasi yang sedang berusaha bertahan di tengah ribuan tekanan. Nilai akademik, tuntutan prestasi, komentar sosial media, pembuktian diri, hingga persaingan yang makin tak terlihat batasnya. Mereka berjuang, sama seperti Tegar, dengan cara mereka sendiri. Dan bagi kalian, anak-anak sekolah yang sedang menghadapi hari-hari sulit, Tegar adalah bukti bahwa keberanian tidak diukur dari besar masalahmu, tetapi dari seberapa besar tekadmu untuk tidak menyerah.

Jika kalian merasa diremehkan, ingatlah bahwa suara kalian tetap berharga. Jika kalian merasa berbeda, ingatlah bahwa perbedaan adalah kekuatan, bukan beban. Jika kalian merasa jalan kalian lebih berat, ingatlah bahwa langkah kecil tetap langkah maju. Kalian tidak perlu menjadi sempurna untuk berharga. Kalian hanya perlu ingin maju, meski hanya satu inci sehari.

Ada suara-suara yang mengatakan bahwa anak-anak zaman sekarang terlalu mudah menyerah, terlalu manja, terlalu banyak mengeluh. Namun Film Tegar membuktikan sebaliknya. Ia adalah kontra argumen hidup bahwa ketangguhan tidak dilahirkan dari kritik, melainkan dari dukungan. Bahwa anak-anak yang tampak lemah bukan karena mereka tidak kuat, tetapi karena jarang diberi kesempatan untuk menunjukkan kekuatannya.

Film ini menjadi pengingat bagi para orang dewasa bahwa anak bukan obyek yang harus selalu diarahkan, mereka subyek yang harus didengar. Keterbatasan bukan alasan untuk meremehkan itu alasan untuk mendampingi.Perjuangan mereka mungkin terlihat kecil bagi kita, tetapi besar bagi hati yang menjalaninya.Jika Tegar saja bisa bangkit ketika banyak hal menahannya, bagaimana mungkin kita masih tega meremehkan anak-anak kita sendiri?

Nama “Tegar” sendiri adalah simbol perlawanan terhadap stigma. Ia mengajarkan bahwa dalam diri setiap anak. Baik yang istimewa, berbeda, atau sedang mencari arah, ada kekuatan yang menunggu diakui.

Untuk anak-anak yang sedang belajar hari ini. Jadilah tegar, bukan karena dunia memintamu begitu, tetapi karena mimpimu layak diperjuangkan. Dan untuk kita, para generasi dewasa, berhentilah meragukan mereka. Mulailah mendampingi. Karena masa depan bukan milik mereka yang paling sempurna, tapi milik mereka yang paling berani mencoba, seperti Tegar.

*Bandung, 17 November 2025