Penulis: M Danial
KEMENTERIAN AGAMA merupakan salah satu kementerian yang telah ada sejak awal Indonesia merdeka. Kemenag didirikan lewat Penetapan Pemerintah No 1/S.D. tanggal 3 Januari 1946, tepatnya pada Kabinet Sjahrir II.
Sejak keluarnya keputusan tersebut, tanggak 3 Januari 1946 ditetapkan sebagai hari kelahiran Departemen Agama dan diperingati setiap tahun. Lembaga departemen yang sekarang berubah nama dengan Kementerian Agama Republik Indonesia telah mencapai umur 76 tahun.
Dikutip dari laman resmi Kemenag dan berbagai sumber, bahwa usulan pembentukan Kementerian Agama sudah disuarakan dalam Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 11 Juli 1945 oleh salah satu anggota sidang, Muhammad Yamin.
Namun, usulan pembentukan Kementerian Agama oleh Yamin, saat itu belum dianggap mendesak. Golongan Islam pun merasa kecewa, karena merasa sudah berkorban dengan menghilangkan tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang merupakan rancangan dari pembukaan UUD 1945. Tujuh kata itu adalah: “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Gaung pembentukan Kementerian Agama kembali bergema pada sidang Pleno Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang berlangsung tanggal 25-27 November 1945.
Sidang pleno dipimpin Ketua KNIP Sutan Syahrir, dihadiri 224 orang anggota. Termaauk 50 orang yang berasal dari luar Jawa (utusan Komite Nasional Daerah). Agenda sidang pleno KNIP, adalah membicarakan laporan Badan Pekerja (BP) KNIP, pemilihan keanggotaan/Ketua/Wakil Ketua BP KNIP yang baru dan tentang jalannya pemerintahan.
Dalam sidang pleno tersebut, usulan pembentukan Kemenag disuarakan kembali oleh utusan Komite Nasional Indonesia Daerah Keresidenan Banyumas yaitu K.H. Abu Dardiri, K.H.M Saleh Suaidy, dan M. Sukoso Wirjosaputro. Mereka adalah anggota KNI dari partai politik Masyumi.
“Supaya dalam negeri Indonesia yang sudah merdeka ini janganlah hendaknya urusan agama hanya disambilkan kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan saja, tetapi hendaklah Kementerian Agama yang khusus dan tersendiri,” kata sang juru bicara K.H.M. Saleh Suaidy, sebagaimana dikutip dari situs resmi Kementerian Agama.
Usulan anggota KNI Banyumas itu mendapat dukungan dari anggota KNIP dari partai Masyumi, di antaranya Mohammad Natsir, Dr. Muwardi, Dr. Marzuki Mahdi, dan M. Kartosudarmo. Akhirnya, sidang pleno KNIP secara aklamasi menerima dan menyetujui usulan pembentukan Kementerian Agama. Presiden Soekarno memberi isyarat kepada Wakil Presiden Mohammad Hatta akan hal itu.
Bung Hatta langsung berdiri dan mengatakan pembentukan Kementerian Agama mendapat perhatian pemerintah.
Sempat pula terjadi diskusi mengenai nama. Apakah dinamakan Kementerian Agama Islam ataukah Kementerian Agama. Namun akhirnya diputuskan menggunakan nama Kementerian Agama.
Pengumuman berdirinya Kementerian Agama disiarkan oleh pemerintah melalui siaran Radio Republik Indonesia. Haji Mohammad Rasjidi diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Agama RI Pertama.
Rasjidi adalah seorang ulama berlatar belakang pendidikan Islam modern dan di kemudian hari dikenal sebagai pemimpin Islam terkemuka dan tokoh Muhammadiyah.
Rasjidi merupakan tokoh Muhammadiyah yang terkenal atas jasa diplomasinya ke negara-negara Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Kementerian Agama mengambil alih tugas-tugas keagamaan yang semula berada pada beberapa kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri berkenaan dengan masalah perkawinan, peradilan agama, kemasjidan dan urusan haji. Kementerian Kehakiman yang berkenaan tugas dan wewenang Mahkamah Islam Tinggi; dan Kementerian Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan yang berkenaan dengan masalah pengajaran agama di sekolah-sekolah.
Sehari setelah pembentukan Kementerian Agama, Menteri Agama H.M. Rasjidi dalam pidato yang disiarkan RRI Yogyakarta menegaskan bahwa berdirinya Kementerian Agama adalah untuk memelihara dan menjamin kepentingan agama serta pemeluk-pemeluknya. “Selamat Hari Amal Bhakti Kemenag ke-76”.
Menteri Agama RI dari Masa ke Masa
1. HM. Rasjidi (Kabinet Syahrir I pada 14 November 1945 – 12 Maret 1946, dan Kabinet Syahrir II pada 12 Maret 1946 – 2 Oktober 1946).
2. KH. Fathurrahman Kafrawi (Kabinet Syahrir III pada 2 Oktober 1946 – 26 Juni 1947).
3. K. Achmad Asj’ari (Kabinet Amir Syarifuddin II pada 3 Juli 1947 – 9 Oktober 1947)
4. H. Anwaruddin (Kabinet Amir Syarifuddin I, pada 9 Oktober 1947 – 11 November 1947).
5. KH. Masjkur (Kabinet Amir Syarifuddin II , pada 11 November 1947 – 29 Januari 1948, Kabinet Hatta I pada 29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949, Kabinet Hatta II pada 4 Agustus 1949 – 20 Desember 1949, Kabinet Susanto pada 20 Desember 1949 – 21 Januari 1950. Di era kabinet Ali Sastroamidjojo I pada 30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955).
6. T.M. Hasan (Kaninet Darurat 19 Desember 1948 – 13 Juli 1949).
7. KH Fakih Usman (Kabinet Wilopo 03 April 1952 – 30 Juli 1953).
8. KH Muhammad Ilyas (Kabinet Burhanuddin Harahap 12 Agustus 1955 – 25 Maret 1956, dan Kabinet Ali Sastroamidjojo II pada 24 Maret 1956 – 09 April 1957, Kabinet Karya pada 09 April 1957 – 10 Juli 1959).
9. KHM. Wahib Wahab (Kabinet Kerja I pada 10 Juli 1959 – 18 Februari 1960, Kabinet Kerja II pada 18 Februari 1960 – 6 Maret 1962).
10. KH. Saifuddin Zuhri (Kabinet Kerja III pada 6 Maret 1962 – 13 November 1963, Kabinet Kerja IV pada 13 November 1963 – 27 Agustus 1964, Kabinet Dwikora I pada 27 Agustus 1964 – 28 Maret 1966, Kabinet Dwikora II pada 28 Maret 1966 – 25 Juli 1966, dan Kabinet Ampera I pada 25 Juli 1966 – 17 Oktober 1967).
11. KH Moh Dahlan (Kabinet Ampera II pada 17 Oktober 1967 – 06 Juni 1968, Kabinet Pembangunan pada 11 September 1971 – 28 Maret 1973).
12. Prof. Dr. H. Abdul Mukti Ali (Kabinet Pembangunan I, pada 11 September 1971 – 28 Maret 1973, Kabinet Pembangunan II 28 Maret 1973 – 29 Maret 1978).
13. Letjen TNI (Purn) Alamsyah Ratu Perwiranegara (Kabinet Pembangunan III pada 29 Maret 1978 – 19 Maret 1983).
14. H Munawir Sjadzali MA (Kabinet Pembangunan IV, pada 19 Maret 1983 – 21 Maret 1988, Kabinet Pembangunan V pada 21 Maret 1988 – 17 Maret 1993).
15. Dr. Tarmizi Taher (Kabinet Pembangunan VI, dari 17 Maret 1993 – 16 Maret 1998).
16. Prof. Dr. Quraish Shihab (Kabinet Pembangunan VII, pada 16 Maret 1998 – 21 Mei 1998).
17. Prof. M. Malik Fajar M.Sc (Kabinet Reformasi 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999).
18. Drs. KH M. Tolchah Hasan (Kabinet Persatuan Nasional, pada 26 Oktober 1999 – 23 Juli 2001).
19. Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar (Kabinet Gotong Royong pada 09 Agustus 2001 – 20 Oktober 2004).
20. Muhammad Maftuh Basyuni SH (Kabinet Indonesia Bersatu, pada 21 Oktober 2004 – 20 Oktober 2009).
21. Suryadharma Ali (Kabinet Indonesia Bersatu II, pada 22 Oktober 2009 – 28 Mei 2014).
22. Luhur Laksono (Plt Menag di Kabinet Indonesia Bersatu II, dari 28 Mei 2014 – 09 Juni 2014).
23. Lukman Hakim Saifuddin (Kabinet Indonesia Bersatu II, pada 09 Juni 2014 – 20 Oktober 2014, Kabinet Kerja pada 27 Oktober 2014 – 20 Oktober 2019).
24. Letjen TNI (Purn) Fachrul Razi (Kabinet Indonesia Maju pada 23 Oktober 2019 – 23 Desember 2020).
25. Yaqut Cholil Qoumas (Kabinet Indonesia Maju mulai 23 Desember 2020 hingga sekarang).