BUDAYA  

Kota Gaib Wentira (2): Peradaban Atlantis yang Hilang

Kota Gaib Wentira (2): Peradaban Atlantis yang Hilang
Tugu Kuning dipercaya sebagai penanda awal gerbang menuju kota gaib Wentira. --dok--

Banyak yang percaya bahwa Wentira merupakan Kota Atlantis yang hilang. Pasalnya beberapa orang yang memiliki kemampuan khusus melihat kota ini terdiri dari bangunan-bangunan yang berlapis emas.

Di balik segala misteri dan keangkeran kisah kota Wentira ini, ternyata banyak juga cerita yang menakjubkan. Digambarkan oleh orang yang pernah ke tempat itu, Wentira merupakan kota modern dengan peradaban luar biasa.

Semua jenis kendaraan, baik pribadi maupun umum, seperti Moda Raya Terpadu (MRT) ada. Masyarakat sangat makmur dan serba ada.

Dalam cerpen Kota-Kota Gaib yang ditulis Raudal Tanjung Banua misalnya mendeskripsikan Uwentira/Wentira sebagai kota gaib. Bahkan dapat mengubah kepribadian seseorang 180 derajat. Dari segi bangunan, gedung-gedungnya penuh dengan warna keemasan.

“Yang menarik, lanjut Mayor, bangunan Uwentira tumbuh dengan arsitektur serupa cangkang telur, kecuali warnanya dominan kuning keemasan. Ada serupa telur ditegakkan sehingga terlihat lonjong, ada yang direbahkan sehingga tambak menggembung. Ada pula dimiringkan, mirip posisi berdiri patung Tosalagi dalam kepercayaan orang Kaili. Pintu dan jendela-jendelanya berderet tiap lengkungan, sehingga tak hanya untuk menerima cahaya tetapi langsung mendapat curahan hujan pertama…,” tulisnya dalam buku terbitan Jawapos pada 2014 yang dikutip dari Klipingsastra.

Selain bangunannya yang aneh, ciri-ciri fisik dari orang Wentira sebenarnya hampir sama dengan orang normal. Hanya saja warga Wentira tidak punya garis pemisah di atas tengah bibir.

Selain itu masyarakat di kota gaib ini selalu menggunakan pakaian warna kuning. Beberapa kali orang Wentira keluar dari kotanya untuk berbelanja ke pasar tradisional. Tetapi oleh masyarakat, orang-orang Wentira ini dibiarkan dan tidak ada yang berani menganggu.

Dikabarkan oleh IDN Times, kota gaib ini ternyata berkaitan dengan pemerintahan kolonial Belanda. Memang kota ini ditandai dengan adanya sebuah jembatan buatan Belanda yang menjadi proyek besar jalan di bagian leher Pulau Sulawesi atau yang kini disebut Jalan Trans Sulawesi.

Proyek ini dikomandoi oleh Jusuf Radja Tiangso. Sementara pengerjaannya diresmikan oleh A.C.D de Graeff selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 19 September 1927.

Hal ini diketahui bedasarkan catatan dokumen Onder Afdeeling Paloe yang menunjukkan jembatan kayu di Wentira dikerjakan oleh pekerja Tionghoa pada tahun 1933.

“Bersamaan jembatan tersebut pula, Pemerintah Belanda membuat sebuah pasanggrahan yang disebut dengan Kebun Kopi,” terang Koordinator Komunitas Historia Sulteng, Moh Herianto.

Antara kota Wentira dengan Suku Kaili pun memiliki hubungan, salah satunya terlihat dari pakaiannya yang berwarna kuning. Warna kuning diidentikan sebagai warna emas sesuai dengan Istana Jin di kota Wentira.

Herianto menyebut isu adanya kota Wentira ini baru muncul pada periode 1950 an. Menurutnya hal ini berkaitan dengan munculnya prahara politik pada zaman itu.

Sekitar tahun 2018 hingga 2019, pemerintah mulai memperbaiki jalur di Jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Kota Palu dan Kabupaten Parigi Moutong.

Pemerintah memperbaiki fasilitas umum seperti ruas jalan, drainase, penahan longsor, juga jembatan, salah satunya jembatan Uwentira. Kalman salah satu warga sekitar melihat banyak kendaraan yang lewat sering membunyikan klakson agar bisa selamat.

Kalman mengaku hingga sekarang banyak warga yang datang berkunjung ke Wentira. Walaupun motif dari orang-orang ini tidak banyak diketahui.

“Ada yang datang mandi, ada yang naik ke atas sampai ke danau itu dan ada juga yang bawa sesajen atau yang pasang telur untuk pasang shio,” sebut Kalman.–habis…

(legenda-goodnews/SR)