Penulis: Muhammad Akzal Ramadhan, S.Fil (Alumni Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Gunung Djati-Bandung)
SPRITUALITAS merupakan nilai yang berkaitan dengan kekuatan yang dimiliki manusia, seperti keinginan untuk berbuat kebaikan, perbandingan akal yang senantiasa ingin berada pada jalur kebenaran, perasaan yang selalu ingin merasakan keindahan. Aspek spiritualitas tidak bergantung oleh hal di luar dari individu manusia, atau dalam kata lain nilai ini berdiri sendiri dan tidak tersentuh oleh aspek ideologis.
Nizami Ganjavi dalam karyanya tersebut banyak menyampaikan pesan yang sangat penting untuk mengenal diri sendiri sehingga bisa mengenal sosok kecintaan kita. Melalui kisah-kisah yang dituangkan dalam novel Layla Majnun dan Khosrow Shirin, Nizami memberi pesan bahwa pencarian spiritual merupakan bentuk perjuangan dengan segala upaya untuk mencapai keberadaan sang Kekasih. Kisah-kisah yang penuh dengan alegori yang indah tersebut menjelaskan tentang representasi manusia sebagai hamba dalam mencapai Tuhannya dengan jalan cinta.
Alegori dalam hal ini banyak sekali tertuang dalam sebuah cerita antara dua manusia namun inti cerita tersebut mengarah pada kecintaan kepada Tuhan. Ide tersebut tercantum pula pada cerita tentang Carmelita dan Mars dengan latar belakang cinta ilahiyyah, sebagaimana penggalan cerita mereka sebagai berikut:
Di sebuah kerajaan Persia yang megah, hiduplah seorang putri bernama Carmelita, kecantikannya bagai bunga mawar di taman Firdaus. Jiwanya sebening kristal, namun hatinya merindukan cinta sejati. Suatu senja, ia menyusuri taman kerajaan yang rimbun, mencari ketenangan. Di tengah taman, ia bertemu dengan Mars, seorang pemuda tampan dengan mata sehitam malam dan rambut sehalus sutra. Mars sedang menggubah puisi, suaranya merdu bagai aliran sungai yang menenangkan.
Mars membacakan puisinya:
Di taman Firdaus ini, kutemukan bidadari, Carmelita, engkaulah bintang di kalbuku yang berlari.
Cintaku padamu bagai anggur Shiraz yang memabukkan.
Dalam setiap bait puisi, namamu selalu kunyatakan.
Selamat telah mencapai hidup pada usia 23 tahun, doa dan anugrah seraya terpanjat untukmu.
Carmelita terpesona oleh puisi Mars dan mereka pun terlibat dalam percakapan yang mendalam. Mereka menemukan banyak kesamaan, termasuk kecintaan pada sastra klasik Persia dan filsafat Sufi.
Mars mengungkapkan bahwa taman tersebut memiliki sejarah yang panjang dan penuh misteri. Konon, taman itu adalah hadiah dari Simurgh, burung mistis yang melambangkan kebijaksanaan dan keabadian. Di tengah taman, tersembunyi sebuah gua yang konon menyimpan rahasia kehidupan dan kematian.
Carmelita membalas puisi Mars:
Simurgh, burung sakti, telah menciptakan taman indah ini, Sebagai saksi bisu cinta kita yang suci. Mars menyambung: Cinta kita bagai lilin yang menyala di malam gelap, Menerangi jalan kita menuju kebahagiaan abadi.
Mereka berdua pun bersumpah untuk saling setia dan menjaga cinta mereka. Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Jamshid, seorang penyihir jahat yang iri pada kebahagiaan mereka, menculik Carmelita dan memenjarakannya di menara hitam.
Mars yang hancur hati berusaha mencari cara untuk menyelamatkan Carmelita. Dengan bantuan seorang bijak bestari, ia menemukan sebuah petunjuk tentang keberadaan simpul emas yang konon dapat membuka pintu menuju menara hitam. Simpul emas itu tersembunyi di jantung Taman Simurgh, dijaga oleh seekor naga yang ganas.
Bijak bestari berkata:
Simpul emas, kunci menuju kebahagiaan, Tersembunyi di gua Simurgh, dijaga naga yang kejam.
Mars memulai petualangannya yang berbahaya. Ia harus melewati hutan belantara yang dipenuhi makhluk mistis, menyeberangi sungai yang deras, dan mendaki gunung yang tinggi. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan berbagai tokoh legendaris Persia, seperti Rustam dan Sohrab, yang memberinya nasihat dan dukungan. Setelah melewati berbagai rintangan, Mars akhirnya menemukan simpul emas. Dengan menggunakan kekuatan simpul emas, ia berhasil menyusup ke menara hitam. Terjadilah pertempuran sengit antara Mars dan Jamshid.
Mars berseru:
Demi cinta kita, aku akan mengalahkanmu, wahai penyihir jahat!
Dengan kekuatan cinta dan bantuan Simurgh, Mars berhasil mengalahkan Jamshid. Carmelita pun bebas. Mereka berdua kembali ke Taman Simurgh dan hidup bahagia selamanya.
Cerita ini mengirim nuansa khas Nizami Ganjavi yang mengangkat cinta yang epik, penuh rintangan dan pengorbanan, seperti dalam kisah Layla dan Majnun karya Nizami.
Simurgh, naga, taman, dan simpul emas memiliki makna simbolis yang mendalam, merepresentasikan konsep-konsep abstrak seperti kebijaksanaan, kekuatan, dan cinta.
Cerita ini mengandung unsur-unsur filsafat Sufi, seperti pencarian jati diri, cinta ilahi, dan penyatuan dengan yang Maha Esa.
Puisi-puisi dalam cerita ini menggunakan bahasa yang indah dan metafora yang kaya, khas puisi Persia klasik. (*)