BUDAYA  

Menelisik Awal Mula Bandung Mendapat Sebutan Kota Kembang

Menelisik Awal Mula Bandung Mendapat Sebutan Kota Kembang
Gedung Sate peninggalan Belanda yang kini menjadi pusat pemerintahan. -dok-

Saat itu, Bandung tidak ubahnya sebuah dusun perkampungan yang penuh dengan perkebunan. Tak ayal kondisi membuat pusing Meneer Jacob dari panitia kongres untuk dapat memberikan kepuasaan kepada para peserta kongres.

***

Hal ini bermula pada abad ke 19, tepatnya tahun 1896, saat itu Bandung yang dipimpin oleh Asisten Residen Priangan Pieter Sijthof dipercaya untuk menggelar sebuah acara besar yaitu kongres Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula yang berkedudukan di Surabaya.

Menurut penulis sejarah Haryoto Kunto, Bandung terpilih karena sebelumnya telah membuka jalur transportasi angkutan kereta api dari Batavia ke Bandung dan Surabaya tahun 1884. Selain itu para juragan gula (suikerplanters) ini ingin melihat kehidupan para pemilik perkebunan (preangerplanters) yang konon sangat modern.

Lalu datanglah dewa penolong dari pemilik perkebunan kina di kawasan Bandung Selatan bernama Williem Schenk. Dirinya yang memang terkenal loyal, memboyong para noni-noni cantik Indo-Belanda buat menghibur para peserta kongres.

“Maka bisa diramalkan dengan segera, bahwa penyelenggaraan kongres menjadi beres dan sukses besar,” ungkap Kunto.

Sejak saat itulah Belanda memberikan julukan bagi Bandung sebagai De Bloem Der Indische Bergstede yang berarti Bunga dari Pegunungan Hindia Belanda. Julukan ini kemudian dianggap menjadi awal mula Bandung dijuluki dengan nama Kota Kembang.

Bicara kembali tentang julukan indah Kota Kembang rasanya gelar ini tidak akan selalu relevan dengan Kota Bandung, bila bunga alaminya tidak ada. Karena memang segudang kembang cantik Mojang Priangan tidak bisa diandalkan untuk mendukung gelar sanjungan tersebut.

Karena itu mustahil Bandung tempo dahulu mendapat julukan Kota Kembang, kalau memang tidak ada kembangnya yang berserakan tumbuh subur di segenap penjuru kota. Misalnya ada Pieters Park atau taman bunga yang kini disebut sebagai Taman Merdeka dibangun di Bandung pada 1855.

Nama taman tersebut digunakan sebagai kenang-kenangan terhadap peran dan jasa Pieter Sijthoff. Bentuk dari taman ini sebenarnya sederhana, datar dan nyaris bujur sangkar.

Sementara jaringan jalan dalam taman menyerupai huruf “Y”. Di tengah taman, pada pertemuan ketiga jalur jalan, dibangun sebuah koepel, tempat orang berteduh atau tempat orang bermain musik orkes (Brass Band) pada malam Minggu.

Dalam Planten en Bloemen in Nederlandsch-Indie (1924) P. Dakkus menyatakan berbagai macam tumbuhan bisa ditanam dengan baik di wilayah Bandung. Dirinya pun memuji kesuburan tanah di dataran tinggi Bandung.

“Untunglah iklim di Indonesia sangat baik-serasi. Sesuai dengan siloka: bila engkau tancapkan sebatang tongkat di tanah, pastilah dia tumbuh bersemi”.

Setelah itu, dibangun beberapa taman yang semuanya berada di kawasan Bandung Utara, antara lain Insulinde ParkMolukken Park, Tjibeunjing PlantsoenTjilakipleinOranjeplein, dan Ijzermanpark.

Selain taman-taman tersebut, terdapat juga beberapa taman kecil sehingga pada 1930-an, Kota Bandung acapkali disebut sebagai tuinstad (kota taman) karena keberadaan taman kota menjadikan Bandung sebagai kota yang sangat indah.

“Tak mungkin seorang George Clemenceau, Perdana Menteri Prancis atau bintang film Charlie Chaplin dan Paulette Goddard terpukau pesona indah Taman Kota Bandung, kalau memang tidak karena taman bunganya yang cantik menarik hati,” ucap Kunto.

Selain itu tercatat Bandung juga memiliki jenis bunga yang langka, misalnya pada tahun 1915, Dr W.D van Leeuwen menemukan sejenis anggrek yang langka di wilayah Kota Bandung, sehingga bunga temuan ini dinamakan Microstylis Bandongenis.

Belum lagi dahulu di Jalan Braga, juga ada toko kembang (Bloemenhandelabundantia yang harus mengirim bunga setiap pagi ke Istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia. Tentunya bila Bandung bukan lautan kembang, dari mana bunga-bunga itu berasal?

Data sejarah ini sebenarnya cukup membuktikan bahwa Bandung memang cocok untuk disebut sebagai Kota Kembang. Bukan hanya sebuah ilusi atau upaya untuk memutar balik roda sejarah, bila masa kini sebagian warganya ingin mengembalikan citra Bandung sebagai Kota Kembang. (sejarah-GNFI/SR)