Warga Topoyo Dalam Bayang Barisan Nisan
Oleh: Muhaimin Faisal
Proyek Strategis Nasional adalah proyek-proyek infrastruktur Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dianggap strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan di daerah.
Pembangunan Bendungan Budong-Budong di Desa Salulekbo Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat dengan rencana kapasitas tampungan 65,18 juta m3 dalam rangka pengembangan dan peningkatan Daerah Irigasi seluas 3.577 hektar dengan anggaran sebesar Rp. 1,02 Triliun.
Pertanyaannya, persawahan mana di Mamuju Tengah yang butuh pengairan sebesar itu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahtaraan warga? Bukankah Mamuju Tengah dikangkangi perusahaan sawit. Atau mau buat pencetakan sawah baru, siapa yang mau perkebunan sawitnya disulap jadi areal persawahan? Yang ada areal persawahan ditanami pohon sawit. Proyek bendungan Tommo dan Kalukku, tidak cukupkah menjadi Kaca Benggala.
Tapi, sudahlah… negeri ini memang milik para bedebah, mereka terlalu tangguh untuk dilawan apalagi ditaklukkan. Kita coba saja ikuti alur cerita yang dibangun, dan berharap mereka serius dengan alurnya.
Selain irigasi dan penyediaan air baku, pembangunan bendungan ini juga dimaksudkan sebagai pengendali banjir untuk kawasan rawan bencana seperti Kecamatan Budong-Budong, Topoyo, dan Karossa. Tetapi pihak PT Brantas Abipraya bersama KSO-KSOnya telah dan sedang merencanakan memakai material yang tidak diuji laboratorium, memang di awal pernah mengambil sampel untuk diuji laboratorium, tetapi diduga itu hanya siasat, karena untuk dapat mengakumulasi keuntungan yang lebih besar, material di sekitar lokasi bendungan lebih menjanjikan. Bahkan jika kebutuhan satu jenis materialnya 1 juta m3 saja, maka potensi selisihnya dapat mencapai Rp240 miliar.
Lantas, bagaimana nasib warga di Kecamatan Topoyo, apakah akan dibiarkan hidup dalam kerisauan setiap hari jika musim hujan tiba, karena bendungan raksasa yang dibangun dengan material yang tidak diuji laboratorium? Belum lagi wilayah Sulawesi Barat sebagai jalur Ring of Fire, dengan sejarah Gempa Besar tercatat Sejak 1967 hingga yang rasanya baru kemarin.
Atau apakah kita akan biarkan saja daerah Topoyo kelak akan dihuni “barisan nisan” entah berapa puluh tahun mendatang? Sesungguhnya saya sedang risau pada orang-orang yang tidak risau. Yang menempatkan uang di atas segalanya, bahkan dengan nyawa sekalipun.
Modus yang sama sedang berlangsung pada pembangunan Kantor Gubernur Sulawesi Barat, pada pembangunan puluhan sekolah mulai SD hingga SMA di Sulawesi Barat yang sedang digarap barisan BUMN. Badan Usaha Milik Negara yang diduga menghisap darah Negara sekaligus menggunting selang transfusi darah Negara melalui manipulasi pajak.
Saudara Akmal Malik Penjabat Gubernur Sulawesi Barat, sangat berpotensi untuk abuse of power, mengingat seorang Tenaga Ahli Gubernur Sulbar, Dr Emeralda Ayu Kusuma berdiri di lingkar dalam banyak keputusan penjabat gubernur, tak lain adalah istri Haryadi, Komisaris Utama, merangkap Komisaris Independen PT Brantas Abipraya. (**)
Catatan berikut bertajuk “Bau Bangkai di Sekitar Kantor Gubernur Sulbar”, akan mengulasnya.